...

Ancaman Resesi AS Makin Nyata, Sebaiknya Trader Lakukan Ini

“”
Robertus Serin
12 March 2025

Kondisi pasar saham Amerika Serikat sedang tidak baik-baik aja akibat perang tarif dagang yang kembali dihidupkan oleh Donald Trump. Saking sakitnya, peluang terjadi resesi pada 2025 di negara adidaya itu pun meningkat. Lantas, trader harus bagaimana?

Trump yang menambah tarif impor barang dari Kanada (tambah 25%), Meksiko (tambah 25%), dan China (tambah 10%) menimbulkan reaksi balasan dari negara-negara tersebut. Hal ini tentu saja membuat risiko ketidakpastian dan kenaikan harga barang di AS meningkat. Ujung-ujungnya adalah angka inflasi yang sulit turun dari taget bank sentral The Federal Reserve atau The Fed sebesar 2%.

Target inflasi 2% itu penting banget, sebab jadi pemantik untuk The Fed menurunkan suku bunga yang tinggi yang sudah cukup lama "dipelihara". Tingginya suku bunga The Fed menyebabkan ekonomi susah tumbuh.

Hal ini yang menyebabkan peningkatan risiko soal inflasi lama-lama berubah menjadi risiko stagflasi, yakni kondisi di mana ekonomi tidak bertumbuh namun inflasi tetap tinggi dan pengangguran yang banyak. Konon kabarnya, stagflasi lebih mengerikan ketimbang inflasi atau deflasi.

Hal ini membuat Alec Kersman, direktur pelaksana dan kepala Asia-Pasifik di Pimco, mengatakan ada “kemungkinan 35%” bahwa AS akan memasuki resesi tahun ini. Angka tersebut naik dari sekitar 15% kemungkinan yang diperkirakan Pimco pada Desember 2024 saat dampak tarif Presiden AS Donald Trump mulai berlaku.

Kersman mengemukakan bahwa skenario dasar perusahaannya adalah bahwa ekonomi AS akan tumbuh sebesar 1% hingga 1,5%, yang masih merupakan ekspansi, meskipun merupakan “penurunan yang cukup signifikan” dari ekspektasi sebelumnya.

Kondisi ekonomi Negara Paman Sam yang bisa semakin memburuk direaksi negatif oleh para pelaku pasar. Bursa saham AS pun longsor dari puncaknya. 

Indeks Nasdaq saat ini (12/3/2025) berada di posisi 19.376,96, telah turun sekitar 13% dari puncaknya pada Februari 2025.

Sementra indeks Dow Jones telah ambles sekitar 8% dari puncaknya. Saat ini indeks utama tersebut berada di posisi 41.433,48. 

Kemudian, S&P 500 telah turun sekitar 9% dari posisi puncaknya ke posisi 5.572,08.

Lantas apa yang perlu dilakukan?

Sebagai trader harus tetap waras secara psikologi dan strategi dalam menghadapi gejolak pasar. Psar saham mengalami penurunan itu sudah biasa. Biasanya setelah itu ada kebangkitan.
Saat ini startegi yang tepat adalah menahn dili untuk masuk ke pasar dan tetap kawal portofolio yang ada. Minimalisir risiko dengan cut gain atau cut loss jika sudah mencapai pointnya.  Ingat! Jangan berusaha menangkap pisau yang sedang jatuh.